......

2 komentar

i dunno what to write....
it's 1 a.m i can't sleep yet.
here stuck on my new gadget.
i think i wanna stay all nite,
hope i will find the light.

i think i really need that this time
i dunno what is happening to me
not in the mood, even to live.

i really need it now
i really need her now
i really need you now

to smile
to laugh
to cry
to run a single day
to live a whole life

no need to bother
this write is meaningless
cause an empty heart can't write a meaningful one.

this heart need to be poured
ask me no more
cause i myself don't know

i only know i need something
this isn't my time to give
now i want to receive
to be selfish i agree
that will be better for me

for the last time i say
no need to bother even a way

this is just a rubbish from an empty heart

Is It True?

0 komentar

Alumni UGM/PTS di Jawa : Cenderung nrimo (termasuk soal gaji), jarang protes (walau pun nggrundel..), memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi, bersedia ditempatkan di mana saja dan nggak ngoyo...
Analisa : Akibat kuliah di lingkungan yang serba murah dan sederhana.

Alumni IPB : Cenderung rajin dan pekerja keras, individual, susah bekerja dalam team, senang buat konsep dan kuat daya analitiknya. Cenderung bagus kinerja bicara' dan 'tulis'nya dibanding kinerja yang sesungguhnya.
Analisa : Akibat beban waktu kuliah yang terbatas dan materi kuliah yang padat, khususnya membuat laporan-laporan.

Alumni ITB : Cenderung sangat individual, merasa yang paling hebat, jual mahal (soal gaji) dan pilih-pilih job, sulit bekerja sama.
Analisa : Akibat OSMA yang terlalu mendengung-dengungkan kehebatan perguruan tinggi dan jurusannya sendiri. Stigma bahwa masuk ITB paling sulit dibanding perguruan tinggi lain mendukung 'kesombongan' alumninya.

Alumni UI : Cenderung santai, suka berdiskusi, senang membentuk Forum ini-itu, lemah dalam aplikasi teknis dan senang tampil.
Analisa : Akibat beban kuliah yang tidak terlalu berat, dosennya banyak sibuk di luar, santai, senang hura-hura karena berada di kota besar.

Alumni ITS/UNAIR/UNIBRAW : Low profile, kuat dalam hal teknis, safe, loyal (nggak susah disuruh-suruh..).
Analisa : Merasa pamornya kalah dengan PT besar lainnya, jadi cenderung nggak mau neko-neko.. Yang penting aman..

Alumni Trisakti/PTS di Jakarta : Heran, nggak pernah habis pikir.., kenapa dirinya bisa digaji serendah itu.. Padahal penampilan dan dandanannya sehari-hari sudah mirip dan bahkan bisa menyaingi pimpinan/direktur mereka.
Analisa : Akibat kuliah di lingkungan orang kaya/tajir.

Menjadi Dewasa....

11 komentar

Apakah hal-hal ini membuatmu merasa dewasa?
- Punya KTP/SIM
- Umur sudah berawal angka 2
- Menjadi mahasiswa
- Bisa hidup mandiri di kostan
- Bisa cari uang sendiri
- Udah tumbuh jenggot dan bulu kaki??
- Udah mimpi basah????

Tapi apakah hal berikut ini juga menjadi tanda kedewasaan seseorang?
- Menyalahkan dosen kalau dapat nilai ujian jelek
- Selalu mengerjakan tugas dengan sistem Deadline
- Selalu belajar dengan sistem Kebut Semalam
- Nitip absen cuma gara-gara males kuliah dan memilih untuk tidur
- Balas dendam ke junior pas kaderisasi
- Tidak rela kalau non-himpunan dapat perlakuan sama dengan himpunan
- Cuma bisa ngomel-ngomel di belakang tapi waktu disuruh bicara langsung pada diam
- Nulis blog yang mempertanyakan kedewasaan orang lain ;P

ps1 : dapat ilham dari pernyataan perwakilan HMIF waktu Campus Meeting "Tapi kami sudah dewasa pak....Sudah bisa memilih jalan kami sendiri".

ps2 : gw emang blum dewasa (blum sampe kepala 2 malah...) tapi paling gak gw gak sok dewasa.

Mahasiswa != Siswa STM

1 komentar

Senin, 12 Desember 2005 bertempat di lapangan basket campus center diadakan acara Campus Meeting bertajuk "Kaderisasi Mahasiswa ITB di Persimpangan Jalan". Acara tersebut seharusnya dimulai pukul 09.00, tapi saat saya datang pukul 09.30pun hanya nampak sedikit orang yang tampak disana. Jangan mengharapkan para pembicara dari eksekutif ITB seperti yang tercantum di spanduk, mahasiswa yang hadirpun hanya segelintir. Dan selama ini mahasiswa selalu mengeluh bahwa mereka tidak pernah diajak berdialog dengan rektorat...

Sekitar pukul 10 acarapun dimulai dengan 2 pembicara yang telah hadir, dari KM dan dari IOM. Sempat mengetahui bahwa petinggi rektorat yang dijadwalkan datang tidak hadir, mahasiswa sempat kecewa dan meneriakkan gerutuan. Untung beberapa saat kemudian kehadiran beliau bisa dipastikan, mahasiswapun kembali tenang. Acarapun dimulai dengan pembukaan wacana dari pembicara tentang masalah kaderisasi. Acara yang pada awalnya saya kira akan berlangsung "panas" ternyata berlangsung "adem ayem" saja.Pun ketika pihak rektorat berbicara atau saat berlangsung sesi tanya jawab yang biasanya dapat memicu perdebatan-perdebatan sengit, berlangsung dengan tenang. Semua pertanyaan/pernyataan yang dilontarkan mahasiswa dapat dijawab pihak eksekutif dengan argumen yang lebih kuat daripada yang dilontarkan pihak mahasiswa.

Campus meetingpun berakhir dengan "kemenangan" pihak eksekutif ITB. Sebuah fenomena yang menarik dapat saya tangkap disini. Saat ada pembicara yang sedang berbicara di depan, di bangku hadirin timbul kasak-kusuk yang mengungkapkan ketidaksetujuan akan apa yang sedang dibicarakan. Tetapi saat sesi tanya jawab dimulai, kasak-kusuk itu langsung menghilang. Mereka yang bertanya hanya menanyakan pertanyaan tidak berbobot yang selalu diulang-ulang. Apakah ini memang tipikal mahasiswa ITB? Hanya berani mengemukakan pendapatnya bila beramai-ramai? itupun kemudian tidak bisa mereka suarakan dengan baik. Kalau memang begitu, apa bedanya mahasiswa ITB dengan siswa STM? Yang hanya berani bertindak kalau mereka sedang bersama, dan itu diwujudkan dalam bentuk tawuran. Apakah mahasiswa ITB hanya berani bersuara bila ada teman-temannya disamping, ada orang-orang yang mendukung pendapat mereka? Apakah ini produk-produk himpunan yang dibanggakan? mengingat rata-rata mahasiswa yang hadir adalah petinggi himpunan. Kalau memang iya maka memang sebaiknya himpunan dibubarkan!

Mengapa? Karena kalau himpunan hanya mendidik mahasiswa menjadi orang-orang yang hanya berani berbicara di belakang,tidak akan ada orang-orang besar bangsa Indonesia yang lahir dari ITB. Karena orang-orang besar harusnya bisa bersuara ditengah orang yang menentangnya. Berkata Tidak disaat orang lain berkata Ya. Bila memang kita ingin kaderisasi tetap ada, himpunan tetap berdiri, seharusnya kita tunjukkan dahulu produk-produk hasil himpunan. Karena tidak ada gunanya kaderisasi himpunan kalau produk yang dihasilkan hanya bermental STM. Berani berkata dan berbuat di belakang dan hanya kalau beramai-ramai.