Twilight Zone

8 komentar

Judul di atas kalau diterjemahkan secara harfiah maka akan menghasilkan terjemahan yang berkonotasi negatif yaitu daerah remang-remang. Sedangkan twilight zone yang sebenarnya aku maksudkan adalah berarti daerah abu-abu. Sebenarnya aku juga tidak tahu arti sebenarnya dari daerah abu-abu, namun dalam suatu pemikiran atau diskusi daerah abu-abu bisa berarti daerah yang tidak bisa diperdebatkan karena segala sesuatu yang terdapat dalam daerah tersebut tidak memiliki parameter yang pasti karena parameter yang ada akan berubah-ubah tergantung pada keadaan apa hal tersebut terjadi. Daerah abu-abu juga biasa muncul ketika seseorang tidak bisa memutuskan apakah suatu hal masuk ke dalam keadaan atau kondisi A atau kondisi B. Ataupun apakah sustu hal itu benar atau salah. Maaf kalau penjelasan di atas terkesan mengada-ada karena hal itu memang penjelasan berdasarkan pemikiranku semata.
Sebenarnya apakah ada daerah abu-abu tersebut? Karena menurutku saat seseorang memasukkan sesuatu ke dalam daerah abu-abu sebenarnya dia telah memasukkan hal itu ke dalam kondisi tertentu, namun karena pengkondisian hal itu tidak memiliki alasan ataupun parameter yang jelas maka dia memasukkan hal itu ke daerah abu-abu. Maka dalam kasus ini daerah abu-abu menjadi semacam "pelarian" bagi seseorang untuk mengkondisikan atau menghakimi suatu hal tanpa ada kemungkinan penyerangan akan pengkondisian tersebut.
Dalam kasus lain daerah abu-abu juga bisa menjadi alasan bagi seseorang atau sekelompok orang yang tidak bisa memutuskan akan suatu hal atau keadaan.
Jadi pada intinya terkadang daerah abu-abu hanya dijadikan alasan bagi mereka yang tidak bisa memutuskan apakah suatu hal itu "A" atau "B". Maaf tapi tulisanku ini tidak bermaksud menyerang mereka yang memiliki pandangan tersendiri tentang daerah abu-abu. mohon koreksinya.
terilhami dari comment seorang teman.

Another question from me

5 komentar

Malam pertama di Depok dan aku kembali melewatinya di depan komputer. Tadi pagi pulang dari Bandung menumpang Argo Gede. Melewatkan waktu 4 jam di kereta dan 2 jam di Gambir (menunggu kereta ke Depok) membuatku kembali bertanya, apakah orang Indonesia memang tidak bisa on time??yaah...whateverlah. aku sendiri sudah merasa bahwa itu lumrah terjadi di Indonesia. Bukan suatu hal yang cukup besar hingga membuat kita rela untuk merusak pita suara kita dengan meneriaki seorang cleaning service yang hanya tahu cara menyapu gerbong dan jelas tidak mengerti cara mengatur jadwal kereta. Untung sejak dari Gambir ada teman yang menemani sambil bercerita kondisi terkini teman-teman yang lain. Setelah mendengar ceritanya dan kisah beberapa teman yang lain tentang percintaan, kembali muncul pertanyaan dalam diriku, apa sih yang seorang cewe harapkan dari cowoknya?
Ada cewe yang terlalu cuek sampai memutuskan pacarnya karena kelakuan yang dia anggap berlebihan. Padahal aku menganggap bahwa sang pria hanya ingin menunjukkan rasa sayang ditambah ketakutan yang besar akan kehilangan cewenya (i'm sure about that karena dulu aku juga begitu). Sekarang yang terjadi si cewe harus pindah kos hanya untuk menghindari mantan cowonya. suatu hal yang aku anggap tidak terlalu berguna unutk dilakukan.
Ada lagi cewe yang memutuskan cowonya yang lumayan jauh di Singapura sana karena menganggap si cowo terlalu cuek dan tidak perhatian. Kalau aku harus berpendapat aku akan bilang itu hal yang wajar, bahwa seseorang yang baru masuk kuliah di luar negeri akan sedikit melebihkan perhatiannya untuk kuliahnya dan lingkungannya yang baru, dan pada akhirnya akan "sedikit" melupakan pacarnya. lagipula kan memang banyak orang yang berpendapat masa PDKT lebih romantis daripada masa pacaran, jadi wajar kalau temen ceweku ini merasa dicuekin dan sebenarnya hal yang kurang bijak kalau dia memutuskan cownya dengan alasan cowonya cuek dan tidak romantis.
So...apa sih yang cewe harapkan dari cowonya?Jujur pertanyaan ini kuajukan bukan karena aku tidak mempunyai cewe tapi semata karena aku mengakui bahwa mengetahui isi hati cewe lebih sulit daripada mengetahui isi perut bumi.

Emansipasi Telah Mati?

6 komentar

Kalau ibu Kartini melihat hasil perjuangannya di jaman modern mungkin dia akan kaget. dia yang tadinya hanya ingin agar wanita bisa keluar dari balik tembok dapur dan mendudukkan mereka di bangku-bangku sekolah akan melihat mereka duduk di kursi-kursi empuk dalam ruangan ber-AC dikelilingi oleh tembok kaca, atau mungkin yang akan dia lihat adalah mereka yang bekerja 10 jam sehari duduk di kursi-kursi kayu dan melinting gulungan tembakau atau memasang sol sepatu. Dia juga akan melihat mereka yang bekerja di pompa-pompa bensin atau mungkin juga mereka yang bergelantungan di bus-bus kota menarik bayaran dari para penumpang.
Apakah ini emansipasi yang dia inginkan? di saat wanita sudah dapat bekerja bersama pria dan bahkan terkadang menggantikan kedudukan pria? apakah emansipasi telah berhasil?
Bagaimana kalau aku bilang belum? kenapa? karena aku masih sering mendengar kata-kata seperti "Kok cewe sih?...cowonya mana?" atau "Kan gw cewe..." kata-kata yang sepertinya berusaha mengedepankan kewanitaan mereka dan terkadang menonjolkan kelemahan gender mereka unutk mendapatkan suatu keuntungan.
Entah kenapa aku merasa emansipasi hanya dijadikan sebagian wanita untuk memperoleh hak-hak yang dahulu menjadi hak khusus pria tanpa ingin mengerjakan kewajibannya. dalam hal ini tentu saja kita harus mengecualikan mereka yang dipaksa oleh keadaan untuk menjadi seorang kepala keluarga.
Bukan. bukan berarti saya menentang emansipasi. sebagai seorang mahasiswa, kehadiran mahasiswi-mahasiswi tentu saja mendatangkan keuntungan tersendiri. yang tidak kusuka adalah mereka yang kemudian merasa lebih unggul dari pria namun terkadang justru menggantungkan hidup mereka pada pria. untuk semua kesempatan yang kita dapatkan pasti ada pengorbanan yang harus kita lakukan. dan bagi wanita yang bersikeras untuk hidup bersama dan sejajar dengan pria, tentu saja mereka juga harus melakukan pekerjaan dan pengorbanan yang sama dengan pria.
Dengan aku menulis ini bukan berarti aku tidak menghormati wanita karena menyuruh mereka menanggung sesuatu yang sama dengan pria, tapi dengan aku menulis inilah aku mempertanyakan arti dari emansipasi.

12 hours before chemistry exam

0 komentar

again i dunno what to say here....yang pasti sekarang aku sedang merenungi nasib. memandangi hasil" ujian dan nilai" yang jauh dari harapan. seakan begadang beberapa hari terakhir ini masih tidak cukup buat menyaingi homemateku. targetku kini berubah. tidak lagi unutk mendapat IP tinggi tapi mudah"an aku masih bisa lulus semester 1 dengan nilai memuaskan dan tanpa harus mengulang mata kuliah. Amin.....


Poem #1

2 komentar

If my heart could fly it woul fly around the globe
through rain and wind
storm and blizzare
to only destination he knows....your heart